
Konser yang berjudul L.A Lights Concert Placebo Live in Concert ini akan diselenggarakan pada Selasa (16/2), di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, pukul 20.00 WIB.
Dengan memboyong peralatan seberat 10 ton, panggung yang berukuran 18 x 10 m, tata lampu 250.000 watt, sound system 60.000 ribu watt dan LED ukuran 3 x 10 m, dapat dipastikan bahwa aksi panggung Placebo akan menjadi konser yang menarik untuk di tonton. L.A. Lights Concert Placebo Live In Concert ini akan dibuka dengan penampilan DJ asal tanah air yaitu DJ Electric Groove.
Placebo adalah sebuah band musik rock alternatif yang terbentuk di London, Inggris pada 1994. Band ini sekarang beranggotakan tiga orang, yaitu Brian Molko, Stefan Olsdal dan Steve Forrest. Hingga sekarang, Placebo telah merilis enam album studio, enam EP dan 27 single.
Band ini telah meraih penggemar di dunia internasional, telah menjual satu juta album di Inggris dan lebih dari 10 juta di seluruh dunia.
Placebo lebih diketahui untuk lagu-lagu hit mereka seperti Nancy Boy, Special K, Pure Morning, Every You Every Me, Bitter End, dan Infra-Red. Gaya mereka berubah-ubah.
Album pertama mereka berisi suara-suara mentah dan instrumental yang minimalis, namun album-album selanjutnya memiliki tempo lebih lambat, lebih melankolis, dan mulai bereksperimen dengan alat musik yang lebih modern.
Band ini juga telah meraih kepopuleran berkat orientasi seksual dari anggota mereka (Olsday adalah gay dan Molko biseksual). Band ini juga dikabarkan memiliki gaya hidup berlebihan.
Dalam album keenam Battle for the Sun, Placebo nyata-nyata semakin menegaskan jika mereka tak pernah berniat jatuh dalam bujuk rayu definisi musik populer, bahkan di tengah era yang serba pop seperti sekarang.
Hal ini langsung terasa dalam pemilihan sound yang kian berat, dark dan sangat bergantung pada riff-riff berdistorsi Molko. Ditambah lagi dengan kehadiran David Bottrill sebagai produser. Tanpa nama tersebut, Muse, Silverchair, Remy Zero serta Tool mungkin tak akan pernah sukses menterjemahkan aransemen experimental mereka.
Dibuka dengan single berjudul sama dengan album, Battle For The Sun, peran Steve Forrest sebagai drummer baru langsung terasa dengan triplet-triplet ganjilnya yang melatari suara pitch tinggi Molko, sementara Stefan Osdal konsisten dengan flat beat dengan setelan amplifier middle-treble.
Second single For What It's Worth, lebih mengedepankan perpaduan synthesizer dan Springtime, sebuah eksplorasi sound berani dari Molko, karena Springtime yang merupakan gitar buatan Yuri Landman, masih dalam tahap percobaan, alias eksperimental. Namun hal tersebut tak sia-sia, karena nuansa post-grunge sangat terasa di track nomor empat ini.
Labels: Band
0 comments:
Post a Comment